Jumat, 04 Agustus 2023

“KETEPATAN” TIM FORMATUR KEPENGURUSAN NU, FASE AWAL KEBANGKITAN

Dok. Musyawarah Ranting NU Darungan, Tanggul.

 “KETEPATAN” TIM FORMATUR KEPENGURUSAN NU, FASE AWAL KEBANGKITAN

Oleh Syaifudin Zuhri

 

Pada suatu kesempatan, ada ungkapan seperti ini "Tahun ini Musyawarah Ranting NU se-MWC NU Tanggul paling lambat akhir Agustus 2023 sudah harus selesai." itulah salah satu dari kata sambutan Ketua MWC NU Tanggul Drs. H. Sanuri, M.Si. pada kesempatan pergelaran Musyawarah Ranting NU Darungan pada hari Ahad, 28 Dzulhijjah 1444 H  / 16 Juli 2023 M di Masjid Nurul Hidayah Durinan Dusun Sumberbulus Desa Darungan.

Berkaitan dengan kalimat diatas, mengkaji kekhususan yang diberlakukan dalam menyusun Kepengurusan NU, menggunakan 2 landasan, yaitu : landasan konstitusional dan tradisi/Thariqah. Konstitusional dalam hal ini yaitu : Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU, Peraturan Perkumpulan (PERKUM) NU Nomor 6 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Pengesahan, Pembekuan Kepengurusan dan PERKUM NU Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Syarat Menjadi Pengurus. NU juga berjalan di atas landasan tradisi yang oleh Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar disebut Thariqah. Kutipan sebagian dari sambutan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Tsaquf atau yang akrab disapa Gus Yahya dalam sambutannya pada Pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang di Gedung PCNU Jombang, Sabtu (20/5/2023).

Sementara setahu kita dan atau penulis ketahui, di Kecamatan Tangggul sejak 2008, landasan tradisi / Thariqah lebih dominan dari pada konstitusional, berikut penjelasannya:

1.    Setahu penulis, tidak ada surat dari cabang ke MWC atau Ranting perihal selesainya masa khidmat kepengurusan NU dibawah strukturalnya, ini juga terjadi di Badan Otonom nya, hanya melalui lisan dalam forum musyawarah, pertemuan atau melalui WA / telpon. Untuk internal kepengurusan hal ini (mungkin) tidak jadi masalah, dimaklumi kondisinya. namun kita harus mengaca dan memperhatikan dengan seksama bahwa usia Nahdlatul Ulama saat ini yang memasuki Abad ke-2, tentu ini menjadi tantangan kedepan jangan sampai systemnya sama dengan dahulu, (cukup) stagnan bahkan kemunduran system (menjadikan organisasi modern, dan sebagainya). Sangat disayangkan bagi eksternal NU yang mengetahui hal ini.

2.    Tidak ada batas waktu / deadline dalam menyusun kepengurusan setelah Musyawarah Ranting NU selesai, jika kita membaca PERKUM NU Nomor 6 Tahun 2022, pasal 13 ayat (13) Tim formatur bekerja selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah musyawarah ranting berakhir), bila deadline tersebut tidak terpenuhi, kira-kira apa yang dilakukan Pengurus MWC atas nama PCNU, pandangan penulis Pengurus MWC berkoordinasi dan atas nama PCNU dapat mengambil langkah: memediasi, mengambil alih penyusunan dan atau ada cara, strategi, langkah lain sesuai kebijakan (ketua) MWC

3.    Bila dalam susunan kepengurusan Ranting NU yang ada di bawah koordinasi MWC NU Tanggul ada ketidaksesuaian data, fakta dan landasannya, bagaimana langkah MWC selanjutnya? Contoh rangkat tugas jabatan, aqidah tidak sesuai, berpotensi namun tidak diakomodasi karena beberapa faktor misal, tidak berpotensi namun punya kedekatan dengan tim formatur misal, dan banyak lagi yang ditemui dilapangan selama ini. Pandangan penulis dalam beberapa periode kepengurusan Ranting NU yang ada di Kecamatan Tanggul selama ini, belum mempunyai data akurat, pemetaan potensi. Asal tokoh berpengaruh, tokoh partai politik dan berpredikat ekonomi menengah keatas dapat masuk dalam kepengurusan. Sedangkan track record, aspirasi anggota/nahdliyyin terlihat diabaikan dengan banyak faktor yang menjadi alasan tim formatur, mulai waktu mepet, jangkauan dan lain-lain. Seharusnya setidak-tidaknya tim formatur sejak terbentuk mulai mempunyai pandangan calon pengurus, dan tak kalah penting menghubungi calon pengurus, diajak diskusi tentang ke-NU-an dalam rangka penggalian potensi, harapan masa depan NU secara hati kehati bersama dengan ngopi tentunya.

4.    Dan masih banyak lagi tentunya, juga telah banyak dimuat dan dibahas dalam buku-buku, jurnal, koran dan media sosial tentang ke-NU-an yang khusus membahas kepengurusannya. Maka sangat tidak bijak apabila tokoh atau pengurus NU tidak mengikuti perkembangan terkini NU dari desa ke desa, kecamatan ke kecamatan, kabupaten/kota ke kabupaten/kota, propinsi ke propinsi dan cabang istimewa / NU luar negeri juga. Dari banyak informasi-informasi tersebut dapat kita kaji, diskusikan, simpulkan dan diterapkan sesuai kemampuan, fungsi, domain dan kondisi dilapangan.

Kita ketahui bersama, dalam waktu dekat sebelum akhir tahun ini, kepengurusan MWC NU Tanggul juga akan selesai, penulis mengikuti perhelatan pergantian kepengurusan MWC / konferensi MWC dari tahun 2012 dan 2027, Konfercab NU tahun 2009, 2014 dan 2019 serta beberapa agenda Musyawarah Ranting NU baik online maupun offline, semuanya penulis bertindak selaku pemerhati, ada juga sebagai panitia. Memang tidak mudah mengendalikan banyak orang, namun harus diupayakan dengan sekuat tenaga, pikiran, waktu dan hati yang jernih guna menjadikan perkumpulan / jam’iyyah / organisasi tertib, satu komando sesuai tujuan Nahdlatul Ulama dan atau Badan Otonom NU, sebenarnya tidak perlu banyak orang dalam hal pengendalian, namun butuh tim yang solid, komitmen tinggi, konsistensi lurus, keteladanan yang kuat dan lain sebagainya baik dari unsur tokoh / pengurus diatas atau setingkatannya. Dan penulis hanya bisa berharap akan ada perbaikan-perbaikan yang terus menerus nan abadi (lambat/cepat) baik dalam tingkatan kepengurusan Ranting sampai Cabang. Wallahu’alam.

 

#SelamatDatangPengurusBaruDalamAbadKeDuaNU

#MerawatJagadMembangunPeradaban

#MendigdayakanNU,MenjemputAbadKedua, MenujuKebangkitanBaru

 

Penulis adalah anggota NU, fungsionaris PERGUNU Anak Cabang Tanggul, Guru MI Negeri 6 Jember (Tanggul Wetan, Tanggul) yang berdomisili di Dusun Krajan Desa Darungan Kec. Tanggul Kab. Jember Prop. Jawa Timur, Indonesia. HP. 085233338519, Email: syaifudinzuhritgl@gmail.com;


Minggu, 23 Juli 2023

MENELADANI AKHLAQ RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM.

Ilustrasi: ponpesashshiddiqiyah.blogspot.com

 

MENELADANI AKHLAQ RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM.

Oleh: Mohlas Adi Putra, S.Pd.I.*)

 

 

Ketika ada seorang miskin Bernama Zahir Ibnu Haram yang sangat besar cintanya terhadap nabi, kemudian dia kerumah nabi cuma ingin bersedekah sebotol kecil minyak wangi tetapi dia tidak bertemu nabi, kemudian dia langsung pergi kepasar untuk menjual minyak.

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. pulang … kemudian sang istri bercerita kalau barusan ada tamu Namanya Zahir, tapi Rasulullah tahu kalau dia orang miskin yang cuma berpakaian sehelai kain yang menutupi auratnya saja, kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. langsung mencarinya dipasar, ternyata orang tersebut duduk dipinggiran pasar diterik panas matahari sambil menawarkan dagangannya, kemudian diam – diam Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. datang menghampirinya dan beliau memeluk orang miskin tersebut dari belakang sambil menutupi mata simiskin tersebut dan beliau sambil berkata “siapa yang mau beli budak ini” ?...

Zahir kaget, dalam hatinya bertanya-tanya kok ada orang yang menawarkan saya yang jelek hitam seperti ini, tetapi Zahir tidak yakin karena orang yang melihatnya didepannya tersenyum, Ketika Zahir memegang tangan orang yang memeluknya dia kaget ternyata beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. kemudian Zahir berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. “Ya rasul…kalau budak seperti saya ini dijual harganya ya murah…saya jelek, hitam, malas bekerja sakit-sakitan”. Apa jawaban Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. “kamu murah dimata manusia tetapi kamu mahal dimata Allah.” (karena begitu besarnya cintanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.)

Dari kisah tersebut ada beberapa faidah yang bisa kita teladani diantaranya: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. itu tidak memilih siapapun yang datang baik itu orang miskin, kaya, pejabat, dan orang biasa beliau tetap perlakukan sama.

Bahwa kita jangan mudah menilai orang itu hanya dengan melihat luarnya saja karena yang berhak menentukan dan memberi penilaian baik dan buruk hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

  

*) penulis adalah anggota PERGUNU TANGGUL, Kepala MI Darul Falah Darungan

TERKENAL DI LANGIT TIDAK DI BUMI (UWAIS AL-QARNI)

 Ilustrasi


Terkenal Di Langit Tidak Di Bumi

Oleh : SYAIFUDIN ZUHRI, DKK*) 


Beberapa tahun kemudian, Uwais Al Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan di mandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang ingin berebutan ingin memandikannya. Dan ketika di bawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang sudah menunggu untuk mengafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa ke pekuburannya, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk menusungnya.    


Meninggalnya Uwais Al Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al Qarni adalah seorang yang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. 


Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau Wahai Uwais Al Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai pengembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatnya, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal.mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.” 


Berita meninggalnya Uwais Al Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar kemana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al Qarni disebabkan permintaan Uwais Al Qarni sendiri kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Nabi, bahwa Uwais Al Qarni adalah penghuni langit.


Begitulah Uwais Al Qarni ♥️



Pelbagai sumber


Penulis adalah Fungsionaris PERGUNU, anggota NU asal Darungan bersama aktivis lain. 

Minggu, 09 Juli 2023

ORANG NU KITAB BAGI YANG TAK BISA BACA KITAB


 Orang NU kitab bagi yang tak bisa baca kitab


Perjalanan dakwah ke suku Tengger memang banyak pelajaran yg kami dapatkan, mulai dari sikap menghargai, toleransi hingga saling berbagi. Disela-sela dinginnya suhu di lereng B 29, saya menyempatkan diri menulis pengalaman hidup bersama warga yg notabennya jauh dari Ulama dan bahkan mereka hidup di tengah-tengah agama hindu.


Ditengah gelapnya malam, hujan yg tak kunjung usai, saya menyempatkan waktu untuk berkunjung ke warga disana. Arang adalah suguhan pertama yg disuguhkan kepada kami sebelum kopi hangat. Tentu hal ini bentuk respek mereka kepada kami yg tak biasa dengan suhu yg sangat dingin.


Saya memulai pembicaraan tentang indahnya Islam yg saling mengikat antara satu dengan yg lain, yg menjadi solusi hidup di dunia untuk hidup yg abadi akhirat sana. Kemudian saya sedikit mengajarkan tentang wudhu', perkara yg membatalkan wudhu sampai dengan sholat. Mereka sangat bersyukur sudah ada yg mau datang mengajarkan hal-hal penting dalam beribadah.


Setelah selesai mengajarkan fiqh dasar kepada mereka, saya diminta menjelaskan tentang jual beli hingga sampai nyerempet ke masalah riba. Disaat saya berbicara riba yg ada pada bank, mereka menyela dan bertanya tentang hukumnya meminjam uang ke bank dengan bunga, karena mereka juga bermualah dengan bank. Saya kaget mendengar hal tersebut, karena saya kira bank yg datang ke desa saya hanyalah bank kecil yg peminatnya sedikit dan ternyata bank ini juga telah masuk kepelosok bahkan di atas bukit yg sangat jauh. " Sebenarnya saya takut untuk meminjam uang ke bank itu ustad namun karena saya melihat sebagian orang NU yg meminjam ke bank, ahirnya saya juga meminjam ke bank karena saya kira itu boleh " jawab salah satu warga.

Kemudian dengan yakin saya mengajak kepada mereka untuk terus belajar dan mengenal Islam, terutama melewati pintu NU yg berhaluan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Namun jawaban mereka membuat saya sedih, mereka berkata " Saya malu untuk ikut andil dalam NU karena saya bukanlah orang baik dan berilmu tapi saya selalu menjadikan orang-orang NU sebagai contoh seperti tahlilan dll meski kami tak tahu benar atau salah "


Dari kisah ini saya menyimpulkan, ternyata banyak diluar sana orang yg tak tau NU berjiwa NU dan menjadikan acuan dalam muamalah. Ibarat seorang anak yg mengamati perilaku orang tuanya dan mengikuti gerak geriknya. Saya sadar, menjadi orang NU bukanlah hal yg mudah namun ada tanggung jawab besar yg diemban, tentu semua perbuatan kita akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Kepada siapa kita akan meminta syafaat Rosulullah kalau bukan melewati pintu ulama dan tentu kita harus lebih berhati-hati dalam bertingkah laku. Selain ada pantauan dari Allah, perbuatan kita sebagai orang NU juga menjadi rujukan orang awam.


Rumah Komandan Ghofur, Gandok Tengger



Repost, 9 Juli 2023

Penulis: Aqil Mutawakil Alallah

Sabtu, 08 Juli 2023

KITA TERMASUK NU YANG MANA?


LIMA TYPOLOGI NU

Oleh: Syaifudin Zuhri*)



Bismillahirrahmanirrahim,, 

Ahlan Wasahlan di webblog resmi PERGUNU TANGGUL (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Kecamatan Tanggul) Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur. 

Bicara NU, tidak cukup 1-2 jam, bahas NU tidak akan pernah habis, baik secara Jam'iyah / Perkumpulan atau secara Jamaah / Kultural, para pakar penelitian, aktivis sampai nahdliyyin sendiri kadang terlena bila membahas NU, NU itu asyik, unik, menarik dan menantang.

Jika kita menyimak dan menganalisa secara mendalam perilaku, sikap, gerakan, dan pemikiran publik terhadap NU, maka bisa ditemukan lima macam typologi publik terkait NU yaitu : 


1. NU BIOLOGIS:

2. NU PRAKTIS:

3. NU IDEALIS;

4. NU OPORTUNIS;

5. NU LOYALIS.


Adapun NU BIOLOGIS adalah orang NU yang lahir dari orangtua yang berlatar belakang NU, atau keturunan NU, namun bisa jadi karena sekolah, pesantren dan pergaulannya beda tempat dengan harapan muassis masyayikh dan pengurus NU, akhirnya tidak tergabung dalam NU.


Sedangkan NU PRAKTIS adalah orang yang mengamalkan praktek tradisi keagamaan ala NU saja, tapi fikrah dan harakahnya berbeda dengan NU yang sejati. Itulah yang disebut dengan NU rasa Muhammadiyah, rasa HTI, rasa FPI, atau rasa Wahabi.


Lalu yang dinamakan NU IDEALIS atau NU sejati, adalah mereka yang kendati bukan keturunan NU, tapi amaliyah, fikrah, harokahnya selaras dengan yang digariskan oleh tokoh pendiri NU.


Ada lagi type NU OPORTUNIS yaitu mereka yang mengaku (paling) NU atau berjuang di NU kalau ada untungnya saja. Mereka orang yang mencari hidup di NU, bukan menghidupkan NU.


Terakhir, type NU LOYALIS adalah orang yang kendati bukan keturunan keluarga NU, tidak mengamalkan tradisi, fikrah dan harokah NU, namun sangat mendukung NU baik dengan pikiran, tenaga, harta, maupun wewenang atau pengaruhnya untuk memberikan kemudahan dan kesuksesan bagi terlaksananya program-program NU. Bisa jadi loyalis NU ini  orang yang non Muslim atau non Sektarian yang tidak terikat oleh ormas Islam apapun.



Pelbagai sumber

Tanggul, Ahad Legi, 20 Dzulhijjah 1444 H / 9 Juli 2023 M

*) Fungsionaris PERGUNU TANGGUL yang juga guru MI Negeri 6 Jember (Tanggul Wetan)

Kamis, 06 Juli 2023

PERJUANGAN BANSER DI SUKU TENGGER

 Perjuangan Banser di Suku Tengger


Beberapa hari lalu, alhamdulillah Allah takdirkan kepada saya untuk dapat menjalankan ibadah dengan berdakwah ke salah satu tempat yg jarang di jamah oleh para Ulama. Saya bersama rombongan Al Wafa Bi Ahdillah Jember meluangkah waktu untuk bersilaturahmi kepada saudara muslim suku tengger yg hidup berdampingan dengan orang Hindu. Kami disana tinggal selama 3 hari, mengajarkan wudhu', saling berbagi dan menghargai dan banyak pengalaman cerita dari saudara muslim disana.


Singkat cerita, kedatangan kami disambut baik oleh bapak Gatiko yg mana beliau adalah anggota Banser. Beliau adalah pejuang yg sangat gigih menjaga dan berkhidmah kepada warga muslim yg tinggal di daerah minoritas. Beliau merasa bangga menjadi bagian dari banser, karena harapannya hanya ingin menjadi pembantu NU.


Ketika menjelang maghrib, saya dan satu teman saya diajak oleh beliau untuk mengunjungi musholla yg ada di bawah puncak. Waktu itu, kami berniat untuk sholat berjamaah di musholla namun kami datang telat, karena waktu itu memang kondisi hujan. Setelah kami melaksanakan sholat maghrib, kami diajak oleh imam musholla yg bernama mas syaiful untuk mengunjungi rumahnya. Dan akhirnya kami duduk ngaji bareng dengan beberapa warga di rumah beliau.


Waktu itu, saya bercerita tentang tujuan hidup yg sebenarnya, tujuan kemana kita kembali. Dan tiba-tiba pak Gatiko menangis kemudian beliau bercerita bahwa beliau dulunya bukanlah orang yg baik justru beliau suka minum khomer dan banyak melakukan keburukan. Namun atas kegigihannya, akhirnya Allah perkenalkan dengan Kiyai, Habaib dan tokoh Islam yg membimbingnya, sehingga tidak heran kalau beliau sangat semangat jika ada ulama yg datang ke desanya. Harapan beliau hanya ingin mengabdikan diri kepada Islam dan NU meski harus merelakan dirinya untuk hidup sederhana.


Di satu malam, saya juga ditakdirkan bertemu dengan anggota banser yg bernama Bukhori Muslim. Usut punya usut, ternyata beliau bukanlah warga asli suku tengger. Beliau adalah pendatang dari Aceh yg kebanyakan keluarganya meninggal akibat sunami 2005. Beliau banyak bercerita tentang perjuangannya selama di suku Tengger. Dengan minimnya ilmu, beliau tak putus asa dalam berkhidmah, beliau tak segan-segan mengenalkan Islam yg Rahmatan Lil Alamin kepada orang-orang Hindu. Sehingga atas kegigihan dan kesabarannya, ada beberapa orang yg masuk Islam berkatnya. Namun pencapain itu tidak mudah, beliau harus bertaruh dengan nyawanya, santetpun menjadi langganannya, " Kalau bukan barakahnya Kiyai NU, mungkin saya sudah mati " ucapnnya.


Dari 2 kisah ini, kami memiliki banyak hikmah yg tersembunyi. Salah satunya tentang keikhlasan dan pemgorbanan. Kadang kita merasa bahwa khidmah kita sudah all out, namun di luar sana masih banyak Anggota NU yg benar-benar berjuang untuk NU dan Islam tanpa harus dikenal, di ekspos dan bayaran. " Tak apa meski saya tak dikenal dibawah sana, tapi saya yakin akan dikenal oleh Kiyai yg berada di alam yg berbeda " kata salah satu Banser.


Tengget, 6 Juli 2023

Penulis: Aqil Mutawakil Alallah

Rabu, 28 Juni 2023

PERJALANAN HIDUP SYAIFUDIN ZUHRI (Bagian 1)


Tulisan ini diangkat dari kisah nyata perjalanan hidup anak orang desa yang bernama Syaifudin Zuhri (biasa dipanggil Udin), yang lahir pada hari Kamis, 7 Rabiul Akhir 1406 H atau bertepatan pada tanggal 19 Desember 1985 M, di lokasi 27 KM dari pusat pemerintahan kabupaten, tepatnya di dusun Curahbamban Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur dari seorang ibu yang bernama Sukimi dan ayah bernama Abd Halim Syafi’i, bapaknya merupakan putra kedua dari 9 (Sembilan) bersaudara, anak pasangan dari H. Abdul Fatah dan Hj. Mainunah. Sedangkan ibu merupakan putri kedua dari 9 (sembilan) bersaudara dari pasangan Tohir dan Rupi’ah (lebih dikenal dengan Samhati). Udin anak bungsu dari 4 (empat) bersaudara, kakak pertama Selamet Rudi Hartono (panggilan Selamet), kedua Mistiatin (panggilan Tik), ketiga Siti Aisyah (panggilan Isa) dan Udin sendiri.

Mulai sekolah dan masuk di MI Al Matlabul Ulum (berubah menjadi MI Negeri Tanggul Wetan dan sekarang MI Negeri 6 Jember) dusun Curahbamban desa Tanggul Wetan Kec. Tanggul Kab. Jember. Pada hari senin, 23 Dzulhijah 1410 H / 16 Juli 1990 M, usia Udin kecil masih berumur 5 tahun lebih, karena umurnya belum cukup dan waktu itu Ia jarang masuk sekolah (faktor kurang umur) sehingga pada waktu kenaikan kelas kekelas 2 (dua) Udin dinyatakan tidak naik kelas, maka otomatis lulus kelas 6 (enam) Madrasah Ibtidaiyah pada hari Selasa, 4 Shaffar 1418 H / 10 Juni 1997 M.

Tamat dari Madrasah Ibtidaiyah, Udin sebenarnya ingin melanjutkan ke SMPN 2 Tanggul agar lebih dekat dan pelajaran agamanya sedikit, hehe. Namun atas permintaan ayahnya, dan desakan kakak keduanya, Udin remaja menuruti kemauan mereka dan ikut kerumah suaminya (Mistiatin) di Balung, disana Udin sekolah tingkat lanjutan pertama (SLTP) nya di MTs Wahid Hasyim Balung pada hari Senin, 9 Rabi'ul Awal 1418 H / 14 Juli 1997 M, disana tidak hanya sekolah namun juga belajar ngaji ke kiai kampung, guru ngaji Udin merupakan kakak dari ibu mertua Mistiatin (paman Jamaluddin, suami Mistiatin), namun Udin sekolanya hanya sampai 2 (dua) cawu (catur wulan / 3 bulan x 2 = 6 bulan), lalu pindah ke MTs Tanggul 1, Desa Tanggul Wetan Kec. Tanggul sampai selesai/lulus pada hari Senin, 16 Rabi'ul Awal 1421 H / 19 Juni 2000 M. Hal ang paling diingat waktu di Balung, tahun 1998 tersebut ada kejadian yang sampai saat ini tidak dapat dihilangkan, yaitu teror ninja termasuk guru ngajinya Udin yang mendapat teror menurut kabar dari masyarakat, setiap malam musholla Udin banyak masyarakat bersama aparat kepolisian dan TNI berjaga-jaga disekitar lokasi, suasana yang mencekam terjadi selama bermalam-malam lamanya, (baca: TEROR NINJA 1998).

Setelah lulus dari MTs Tanggul 1, Udin remaja ingin sekali melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di Kecamatan Tanggul (biar dekat) tepatnya SMAN 2 Tanggul, akan tetapi bapaknya meminta sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang ada di Jember kota atau mondok (disuruh milih antara bata-bata Madura, Sidogiri Pasuruan atau di Gontor Ponorogo) biar suatu saat jadi guru agama (harapan ayahnya). namun Udin milih sekolah saja dengan alasan mondok hanya bikin terpenjara/tidak bebas (atas bisikan dan bujukan teman dan tetangga), Udin merasa tidak mampu menimba ilmu sebagai seorang santri pesantren. Singkat cerita, Udin melanjutkan ke MAN 2 Jember, Jl. Manggaran Gebang Patrang, atas masukan salah satu guru disana (Baidlowi, Pengasuh Pesantren An-Nisa’ utara MAN 2), sebaiknya Udin tidak hanya sekolah tapi juga dititipkan di pesantren, dari sini Udin, ibu dan bapaknya sedikit berdebat tentang penempatan di pesantren sambil sekolah Aliyah, untuk kedua kalinya Udin menuruti kemauan bapaknya, akhirnya Udin dipondokkan (namun seperti sistem kos-kosan kata bapaknya) yakni di Pesantren Baiturrohman, yang diasuh oleh KH. Abdurrohman, BA (Kiai Abdur), Udin bersama ibu dan bapaknya berangkat dan dipasrahkan ke pengasuh pada hari Rabu (10 Rabiul Akhir 1421 H / 12 Juli 2000 M). Di MAN 2 Jember hanya berjalan 6 bulan di Pondok hanya berjalan 3 bulan kurang, kemudian (Desember 2000) Udin pindah ke Madrasah Aliyah Bustanul Ulum (MABU) Pondok Pesantren Bustanul Ulum dusun Bulugading Desa Langkap Kecamatan Bangsalsari (terkenal Bulugading), karena menurut bapaknya di (MABU) Bulugading lebih ketat dari Madrasah Aliyah yang ada di Kecamatan Bangsalsari, benar saja ketika Udin masuk di MABU ternyata di sana lebih disiplin waktu, kerapian pakaian, pelajaran dan sebagainya. Merasa cukup ketat kedua dari MAN 2 Jember, Udin berkeinginan pindah lagi ke MA An-Nur (belakang Masjid Besar An-Nur selatan Lapangan Bangsalsari) namun keinginan tersebut akhirnya padam setelah teman-teman di MABU memberi masukan-masukan. Di kelas 2 MABU Udin banyak melakukan kesalahan yang menurut pihak madrasah kesalahan yang cukup fatal, berikut kesalahannya: Pertama, jarang masuk pada hari minggu (karena hari jum’at libur, minggunya juga libur) diakumulasi sampai menjelang naik ke kelas 3 (tiga), akhirnya bapaknya dipanggil ke Madrasah dan Udin pun kena introgasi dan nasehat-nasehat dirumahnya. Kedua, jarang mengikuti pelajaran terutama mata pelajaran yang tidak dia senangi (matematika/MTK) gurunya yaitu bapak kepala MABU (waktu itu Drs. Saiful Faozi). Waktu tidak mengikuti pelajaran, Udin remaja tidur sampai bermain catur di salah satu kamar pondok (kota’an). Ketiga, Suatu ketika ketemu oleh guru MTK tersebut waktu main catur dengan Hadi Kurniawan (anak Sukosari Kec. Jatiroro Kab. Lumajang) yang mondok di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Desa Petung Kec. Bangsalsari. lebih-lebih pada saat jam pelajaran MTK berlangsung (jam terakhir), mungkin ini juga jadi catat hitam oleh madrasah. Dan Keempat, lain-lain (lupa, hehehe).

Pada saat kelas 2 dan 3 Aliyah ini lah Udin mulai mengenal dan memahami keadaan santri Pondok Pesantren, ternyata menjadi santri itu mengasyikkan penuh kenangan, perjuangan dalam menimba ilmu, senda gurau dan sebagainya. Tiap hari biasanya pukul 09.00 – 10.00 WIB atau selesai sekolah ada waktu makan disitulah Udin sangat senang sekali karena makan bareng teman-teman pondok. Udin dinyatakan lulus dan tamat Aliyah pada hari Kamis, 5 Rabi'ul Akhir 1424 H / 5 Juni 2003 M, pada masa-masa ini telah Udin lewati seraya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena tidak / belum pernah melakukan hubungan pranikah (zina), tidak pernah meminum minuman keras (MIRAS), sampai tidak pernah mengkonsumsi NARKOBA. Pacaran? pernah, cipika-cipika (tidak lebih), Bagaimana dengan ghashab, sirqah atau sejenis? Ya,,pernah dilakukan seperti sirqah buah rambutan di belakang rumah, sirqah beli 2 (dua) bilang 1 (satu) di warung sekitar lapangan Bangsalsari. Semoga salah dan dosanya diampuni…!!! Amin Ya Robbal Alamin.

Setelah tamat dari MABU sebenarnya Udin ingin melanjutkan ke Universitas Negeri Jember (UNEJ) mau ambil Fakultas Informasi/komputer atau FISIP (bidang politik) namun lagi-lagi kasusnya sama dengan waktu mau ke SMP dan SMA, tapi agak beda dengan waktu dia ingin melanjutkan ke SMA, waktu itu bapaknya ingin Udin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Agama Islam, yaitu STAIN Jember beralamat Jl. Mataram No.1 (dulu Jl. Jumat No. 94 Mangli), Karang Mluwo, Mangli, Kec. Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68136. Harapannya agar kelak menjadi seorang guru agama seperti bapaknya, hal yang paling tidak mungkin dilakukan Udin yaitu kalau masuk ke UNEJ segala biaya bapaknya tidak akan menanggungnya bahkan dia disuruh cari uang kuliah sendiri (down, kena skakmat tentunya). Bagaimana mungkin waktu itu Udin cari uang sendiri sedangkan dia tidak bisa bekerja dan tidak punya keahlian apa-apa. akhirnya Udin pun masuk STAIN Jember meskipun awalnya dia terpaksa menuruti permintaan bapak namun pada akhirnya Udin menikmati saat pendaftaran mahasiswa baru Udin pilih jurusan Tarbiyah antara prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Kependidikan Islam (KI), jika tidak masuk ke PAI paling tidak masuk ke KI yang sama-sama Tarbiyah karena diharuskan memilih satu dari 7 prodi dari 3 Jurusan, untuk jurusan Tarbiyah ada PAI, KI dan PBA/Pendidikan Bahasa Arab. Pada Jurusan AS (Akhwal asy Syasiyah) / hukum islam ada prodi hukum perdata pidana/peradilan dan ekonomi Islam (Muamalah) serta Jurusan Dakwah yang hanya mempunyai prodi dakwah. Akan tetapi pada waktu Udin lulus ujian masuk dan diterima di prodi KI, tiba-tiba dia mendapat informasi bahwa STAIN Jember membuka Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI, jenjang tingkat D-II / Diploma dua), Udin pun berkonsultasi dan berdiskusi dengan bapaknya ternyata disetujui dan diminta masuk di D.2 PGMI nya saja alasan agar cepat lulus dan mendapatkan tempat ngajar. Saat Udin mulai masuk organisasi intra kampus yaitu sebagai anggota Pramuka tahun 2003 (keluar 2005) di Gudep STAIN Jember. Dia banyak kenal dan berteman dengan senior-senior, ada Anwari asal Banyuwangi, Taufiqi Asal Probolinggo, dan banyak lagi yang lainnya. Ada teman sesama anggota pramuka nanun beda Prodi dan semester (semester 5, sedangkan Udin semester 1) orangnya kulit hitam, manis, kritis, unik, nyentrik dan berani bersama Mohammad Ali Ridlo (panggilan Ali) pemuda asal desa Poto’an Daja Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan Madura. Selama bersamanya, Udin belajar Komputer, karena sering diajak ngetik buat makalahnya, pada suatu saat Udin yang diminta ngetik dan temannya itu membaca tulisan tangannya. Juga saat awal mula masuk Pramuka (istilahnya PERTARA, Perkenalan Tamu Racana) kalau tidak salah selama 3 (tiga) hari, yaitu 2 hari 1 malam di kampus, dan 1 hari 1 malam di pantai Pasir Putih Malikan (PAPUMA) Wuluhan sebagai puncak acara atau proses pembaitan anggota baru, dia terkenal kritis dalam berpendapat sampai-sampai panitianya yang juga senior Udin, tapi seangkatan dengan Ali kewalahan melayani pandangan kritisnya, termasuk pada waktu PSKB (Perjalanan Suci Kemah Bakti) di kawasan Gunung Bromo, selama 4 hari 4 malam ( 2 hari 2 malam di kampus dan 2 hari 2 malam diluar kampus) kalau tidak salah. PSKB salah satu kegiatan pendidikan dan latihan lapangan yang wajib dilewati seorang anggota pramuka STAIN Jember. selama kuliah Udin ngontrak rumah selama 1 tahun di barat kampus STAIN Jember, seharga Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) ditempati 4 orang (Rp. 250.000/orang): Ilyas asal Situbondo, Sofi, Hasun dan Dasuki asal Bondowoso, rumah kontrakannya diberi nama “GAM (kepanjangan dari: Gabungan Aktivis Mahasiswa)”, seluruh kontrakan sekitar kampus STAIN Jember sudah menjadi kewajiban dan tradisi diberi nama sesuai kesepakatan penghuninya, tujuannya supaya sesama mahasiswa mudah mencari lokasi serta membedakan antara kontrakan mahasiswa dengan rumah warga/penduduk. Setelah masa kotrak rumah selesai, Udin pulang pergi (Curahbamban-Kampus) supaya dalam waktu itu dia menemukan tempat mengajar, pada semester 4, Udin sudah mengajar sebagai pengganti kakak kedua, Siti Aisyah (cuti hamil) di MI Negeri Tanggul Wetan (almamater). Dari sinilah Udin memulai karirnya didunia pendidikan sampai saat ini.

Setelah lulus STAIN Jember pada hari Senin, 18 Jumadal Akhirah 1426 H / 25 Juli 2005 M dan di wisuda pada . Udin melanjutkan / transfer ke Universitas Islam Jember (UIJ) Fakutas Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) (periode 2005 – 2007). Awalnya dia ingin nganggur dulu tidak langsung melanjutkan ke S-1, namun semangat bapaknya agar dia langsung melanjutkan ke S-1 meskipun pada waktu itu dia sempat bingung karena jika transfer di STAIN Jember membutuhkan waktu 6 semester (3 tahun, menurut teman-temannya) berarti nanti dia lulus tahun 2008, ternyata tidak, karena banyak mata kuliah yang di konversi dengan mata kuliah lain, pilihan Udin jatuh di Perguruan Tinggi Islam lagi karena Universitas Islam Jember (UIJ), kampus yang dibidani oleh ulama/tokoh NU Jember dan pastinya mendapat restu dari kedua orang tuanya. Hal yang menarik waktu kuliah di UIJ, saat Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) II di SMA Islam kompleks UIJ, Udin mendapat tugas mengajar mata pelajaran ke-ASWAJA-an / ke-NU-an. Saat itu dia belum pernah ikut apalagi masuk dalam kegiatan ke-NU-an, hatinya menjadi bingung, sambil diskusi dengan teman-teman kuliah lainnya, dan berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) serta Guru Pamong, dia mengambil inisiatif membeli buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan mata pelajaran ke-ASWAJA-an / ke-NU-an, yaitu :

1.      Buku: Mengenal NU. Penulis: KH. Abdul Muchit Muzadi, Khalista Surabaya, (cetakan: Nopember 2006);

2.  Buku: NU dalam perspektif sejarah dan ajaran. Penulis: KH. Abdul Muchit Muzadi, Khalista Surabaya, (cetakan: 31 Januari 2006);

3.    Buku: Antologi NU. Penulis: H. Sulaiman Fadil & Moh. Subhan, Khalista SBY & LTN NU Jawa Timur, (cetakan: Januari 2007);

4.    Buku: Aswaja An-Nahdliyah. Penulis: Tim PWNU Jawa Timur, Khalista Surabaya dan LTN NU Jawa Timur, (cetakan: 2007);

5.   Buku: Khittah Nahdliyyin, KH. Achmad Shiddiq, Khalista Surabaya dan LTN NU Jawa Timur, (cetakan: Juli 2006)

6.    Buku: Berjuang sampai akhir (kisah seorang Mbah Muchit). Penulis: Mohammad Subhan, S.Sos. Khalista Surabaya dan LTN NU Jawa Timur, (cetakan: Desember 2006);

7.   Buku: Thariqoh Sang Kiyai “KH. Dofir Salam”. Penulis: Afton Ilman Huda, UIJ & Ponpes Al Fattah, (cetakan: Nopember 2005);

Udin berhasil mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) dalam waktu 2 tahun atau 5 semester terlambat 1 semester karena penulisan Skripsi,hehe. Udin menulis Skripsi dengan judul: Peran Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembinaan Akhlak Pemuda Di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Tahun 2007. Dengan fokus penelitian “Aqidah Dalam Akhlak Pemuda” dan Ibadah Dalam Akhlak Pemuda”. murni menulis sendiri, pinjam laptop, cari referensi kesana-kesini. Dan Alhamdulilah,,dinyatakan lulus ujian pada hari Senin, 28 Sya’ban 1428 H / 10 September 2007 M dan di Wisuda bulan Desember 2007 nya.

 

Bersambung (2)

 

 

Darungan

Rabu, 10 Dzulhijjah 1444 H / 28 Juni 2023 M

FUNGSI ORGANISASI NAHDLATUL ULAMA (NU) DI MASYARAKAT PEDESAAN (Artikel)

Fung s i O rganisasi Na h dlatul Ul a m a ( N U ) di Mas y arakat P e des a an Oleh : Mokhlas Adi Putra, S.Pd.I. *)   N a hd lat ul U la ...