Opni
TANTANGAN DAN PELUANG PERGUNU DI ERA DIGITALISASI (WEB.3.0)
|
Ust. Holil Nawawi, M.E. |
Persatuan
Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) adalah organisasi bagi para tenaga pendidik
(guru, dosen dan asatidz) di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), di masa awal
berdirinya, Pergunu menorehkan sejarah di dunia industri percetakan. sebagai
badan otonom (Banom), PERGUNU telah mampu meneruskan kiprah NU dalam dunia
media cetak yang memiliki peran fenomenal selama tahun 1960-1965. Untuk
menyalurkan aspirasi pendidik dan pendidikan secara khusus, yang kala itu PBNU
merestui adanya penerbitan oleh PERGUNU dengan nama Dunia Pendidikan. Sasaran pembacanya, adalah guru-guru madrasah
atau sekolah umum yang menjadi aktivis NU. Bahkan pada nomor-nomor awal (edisi
terbit.Red), Dunia Pendidikan berhasil
dicetak 10.000 eksemplar yang berlanjut menjadi 15.000 eksemplar di nomor-nomor
berikutnya hanya dalam waktu beberapa waktu saja, dan hal ini adalah sesuatu
yang wajar mengingat jumlah anggota PERGUNU yang mencapai puluhan ribu orang di
tambah warga NU yang memang sudah sangat banyak di kala itu.
Nah,
jika berkaca pada sejarah tersebut harusnya PERGUNU bisa menjadi pelopor di
kalangan Nahdliyyin dalam bidang digitalisasi, sehingga pendidikan dengan
konsep ke-NU-an dan ke-ASWAJA-an bisa lebih cepat dan lebih luas dalam
menjangkau anak-anak didik yang ada di tanah air. Sesuai dengan tujuan utama PERGUNU
yaitu menanamkan mindset dan perilaku Ahlu Sunnah Wal Jamaah kepada
anak-anak bangsa melalui wasilah pendidikan. Mohammad Syavic Alieha selaku Ketua
PBNU (masa khidmat: 2022-2027) berkata, NU sudah sangat matang di bidang ibadah
(sholat, zakat, puasa, haji dan lain sebagainya) namun sangat minim di bidang
digitalisasi, hal ini karena kita selaku warga nahdliyyin terlalu terbelenggu
dengan mindset santri yang harus zuhud, sehingga kolot dalam bidang
teknologi, di ibaratkan ibadah, kita (warga nahdliyyin) sudah sangat matang
dalam melaksanakan Fardhu A’in namun
sangat minim dalam Fardhu kifayah. Artinya
apa, dalam bidang ibadah sudah sangat mapan maka selanjutnya kita harus
berbenah diri dalam bidang digitalisasi sebagai penunjang dari ibadah tersebut.
Ada
beberapa alasan mengapa harus mellek
digitalisasi diantaranya ialah, karena sekarang eranya adalah era digital,
dimana hampir semua aktifitas manusia di lakukan secara digital yaitu dengan
teknologi, sehingga kalau di Qiyaskan dengan hadist Nabi yang berbunyi Man ‘arofa lughota qoumin amina min
makarihim” artinya, barang siapa yang memahami bahasa suatu golongan maka
amanlah ia dari tipu daya mereka. Dalam hal ini kata Bahasa kita Qiyaskan dengan Teknologi
yang tengah mewabah di tengah-tengah kita, sehingga seseorang yang bisa
faham tentang teknologi maka akan terhindar dari tipu daya golongan yang menguasai
teknologi tersebut. Dan telah kita ketahui bersama bahwa teknologi di zaman
sekarang ini mayoritas di kuasai oleh orang-orang di luar NU, bahkan lebih
parahnya lagi di kuasai orang-orang Non Muslim. Imam Al-Qarafy mengatakan
“Stagnasi Terhadap Dalil-Dalil Qauly Adalah Bentuk Ketersesatan Dalam Beragama
Dan Bentuk Kebodohan Terhadap Maqashid Ulama Salaf” (Imam Al-Qarafy dalam
Baidlowi M, 2019).
Jika
di era digitalisasi web 2.0 ex (Google, Facebook, Tokopedia, Bukalapak, Gojek,
Grab, dan sebagainya) kita tidak bisa berkontribusi apapun atau berkontribusi
tapi hanya nol koma sekian persen saja, maka di era web 3.0 di harapkan ada
golongan dari warga nahdliyyin khususnya PERGUNU bisa memberikan kontribusi di
bidang teknologi yang nantinya akan memberikan dampak positif yang sangat
terasa bagi warga nahdliyyin khususnya dan bagi masyarakat Indonesia umumnya.
Karena di era web 3.0 adalah masa dimana kebebasan 100% akan di rasakan oleh
pelaku teknologi, dengan system desentralisasi maka tidak aka ada control di
dalamnya, orang-orang akan secara bebas melakukan apapun di jagat maya ini.
Oleh
karena itu, penulis menghimbau ayo kembangkan teknologi di kalangan warga nahdliyyin
utamanya di PERGUNU, jika kemarin kita mengenal media online Ruang Guru misalkan, yang berhasil
mendidik ribuan bahkan jutaan siswa-siswi di negeri ini, dengan format umum
mereka, kenapa kita selaku warga nahdliyyin tidak mencoba untuk membuat media
online Guru NU misalkan yang fokus
kearah keagamaan, warga Nahdliyyin di Indonesia sangatlah besar, sehingga
ide-ide positif yang di tuangkan dalam teknologi Insha Allah akan cepat
menyebar dan di terima oleh masyarakat. Pepatah mengatakan Ar rojaau ma qoronahu amalun, fahua umniatun artinya, Harapan yang
tidak disertai dengan perbuatan maka itu adaalah kebohongan. Wallahu a’lamu bi Sowab.
Penulis
merupakan:
- Fungsionaris
PERGUNU Kec. Tanggul Kab. Jember Jawa Timur
- Dosen Sekolah
Tinggi Ilmu Syari’ah Miftahul Ulum (STISMU) Lumajang
- Pemateri
Pelatihan Bisnis Syariah, dll.